Air Asia Beli Persebaya?

Surabaya - Entah sekedar pepesan kosong atau serius, Ketua Umum Persebaya, Saleh Ismail Mukadar membawa kabar gembira bagi para pecinta Persebaya.






Kabar gembira tersebut terkait beralihnya Persebaya ke ranah profesional dengan menggandeng seorang investor. Bahkan, kata Saleh, saat ini pihaknya telah mendapatkan salah satu investor Persebaya yang berasal dari Malaysia.

"Saya Minggu besok akan ke Kuala Lumpur, mau ketemu dengan investor Persebaya," ungkapnya usai mengikuti 'Diskusi Menuju Persepakbolaan Profesional' di Rumah Makan Taman Sari, Surabaya, Jumat (21/11/2008).

Sayangnya, didesak siapa investor Persebaya itu, Saleh seolah-seolah berteka-teki. "Tidak enak kalau saya bicara sekarang, lebih baik kalian lihat nanti saja," tambah mantan Ketua Umum KONI Surabaya itu.

Oleh sebab itu, demi kepentingan Persebaya yang lebih besar, pihaknya harus rela tidak bisa mendampingi Bejo Sugiantoro dkk saat menjamu Gresik United (GU) diajang Copa Indonesia, Minggu (23/11/2008) lusa di Stadion Gelora 10 Nopember.

Namun kabarnya, dari desas-desus yang ada, investor yang dimaksud Saleh dari negeri Jiran tersebut adalah Air Asia, sebuah maskapai penerbangan yang berbasis di Malaysia.

Sementara perlu diketahui, saat ini ada tiga sponsor yang sudah merapat ke Bajul Ijo. Ketiganya itu adalah, sebuah perusahaan aparel olahraga Diadora, AIM Biskuit dan Telkomsel
(beritajatim.com) Read More...

Untuk Menarik Investor, Nama Persebaya Diusulkan Diganti

Surabaya - Regional Director Government of Western Australia, Martin Newbery menyarankan, jika Persebaya ingin maju dan menarik investor, maka tim Bajul Ijo harus ganti nama.





Martin yang ditemui dalam Diskusi Menuju Persepakbolaan Profesional, Jumat (21/11/2008) di RM Taman Sari mengatakan, klub sepakbola di Indonesia cenderung mempunyai nama depan sama yakni "Persi" seperti Persija atau "Perse" seperti Persebaya.

Untuk itu, bila Persebaya ingin maju dan lebih menjual, maka Bajul Ijo harus menanggalkan nama yang sudah dipakai sejak 81 tahun silam itu.

"Di Indonesia ini, banyak klub yang awal namanya Persi atau Perse, seperti Persebaya adan Persik. Kalau Persebaya mau maju dan menarik investor, ya harus ganti nama," tandasnya.

Dia mencontohkan, dalam logo baru, nama Persebaya bisa ditulis di bawah dan nama barunya di atas. Hal ini memberi kesan meski sudah ganti baju Persebaya tetap icon Kota Pahlawan.

"Contohnya saja Kota Pahlawan FC, nama Persebaya masih bisa dicantumkan di bawah, sedangkan nama barunya di atas," tambahnya.

Namun hal itu ditolak oleh Ketua Umum Persebaya, Saleh Ismail Mukadar. Menurut Saleh nama Persebaya adalah simbol sejarah dan kaya makna. Tak hanya itu, nama besar Persebaya sudah diakui di Indonesia.

"Mungkin tak harus ganti nama, karena nama Persebaya sudah menuai banyak sejarah," kata Saleh. (beritajatim.com)

Dalam diskusi tersebut, Martin mengaku simpati dengan kondisi sepakbola Indonesia. Dirinya beranggapan, adanya campur tangan pemerintah membuat sepakbola sulit berkembang. Untuk itu, Pemerintah harus menyerahkan sepenuhnya pada swasta untuk mengelola sepakbola.

"Salahnya begini, antara klub dan pemerintah dicampur. Padahal pemerintah bukan ahlinya dalam masalah bisnis, mereka ahli politik. Kalau mau maju, ya keduanya harus dipisah, kalau di Perth (Australia), semua klub sepakbola murni dipegang swasta," ujarnya.

Tak hanya itu, Martin menilai sepakbola Indonesia banyak diisi oleh orang-orang yang 'kotor'. Untuk itu dia menyarankan semua orang kotor tersebut harus dibersihkan dan diganti dengan yang baru.

"Sebelumnya saya minta maaf, kalau saya lihat Indonesia, pengurus sepakbolanya banyak yang kotor. Kalau ingin maju ya hilangkan semua orang kotor itu, lalu ganti dengan yang bersih dan dijaga," saran Martin.
Read More...

Tanpa Roca Persebaya Kurang Grerget

Persebaya menutup putaran I dengan kemenangan tipis di kandang 1-0. Tampil dengan beberapa pemain pengganti persebaya tampak kesulitan mengatasi jalannya pertandingan. Tapi untung berhasil mencuri satu gol persembahan Jairon di menit ke 14 setelah berhasil melewati kapten Yance Aronggear dan tinggal berhadapan dengan kiper.





Yang di sayangkan dalam penampilan ini adalah kurang maksimalnya permainan Arif Ariyanto yg menggantikan posisi Javier Rocha. Arif sering bingung saat ditempel lawan. Umpan-umpan yang dilepaskannya pun tak akurat. Sedangkan Rustanto Sri Wahono tak mampu berperan sebagus Bobby sebagai pengawal pertahanan.

Beberapa kali dia sering terlambat menutup pergerakan pemain Perseman. Keduanya akhirnya diganti. Arif digantikan Dodit Fitrio di menit ke-43. Sedangkan Siwa -sapaan karib Rustanto Sri Wahono- ditarik keluar pada menit ke-50. Dia ditarik karena bibirnya robek setelah diterjang pemain Perseman Bertho Monim.

''Bibir Siwa robek dan harus menerima empat jahitan,'' terang Kasiyanto, asisten pelatih Persebaya.

Buruknya performa Arif dan Siwa patut disayangkan. Sebab, mereka jarang mendapat kesempatan menjadi starter. Saat kesempatan itu datang, mereka menyia-nyiakannya.
Read More...

Persebaya vs Perseman

SURABAYA - Perseman Manokwari memang datang dengan status tim tamu. Kendati demikian, tim yang dipoles Syafrudin Fabanyo itu berani menarget kemenangan saat berjumpa tuan rumah Persebaya nanti sore di Gelora 10 Nopember, Surabaya. Mantan pelatih Persikota Tangerang tersebut menyatakan, timnya sudah mengetahui kekuatan Bejo Sugiantoro dkk.




''Persebaya memang tim besar dan berkualitas. Tapi, kami sudah tahu bagaimana meredam mereka,'' sumbarnya.

''Karena itu, kami berani menarget mencuri kemenangan di Surabaya,'' tambahnya.

Mengandalkan permainan cepat, tim berjuluk Hino Cofu (Ular Putih) tersebut yakin punya kans besar untuk mengalahkan Persebaya di kandangnya. Mereka tak mau dianggap sudah kalah sebelum bertanding seperti yang diberitakan kemarin.

Menurut Syafrudin, kemenangan akan diusahakan mati-matian oleh Yance Aronggaer dkk. Sebab, mereka sudah kehilangan poin saat bertandang ke Jogjakarta 16 November lalu. Mereka takluk di tangan tuan rumah PSIM dengan skor 0-2. Sebelumnya, melawan Persiba Bantul, mereka juga kalah 0-2.

Bagi mereka, melawan Persebaya menjadi momentum kebangkitan Perseman. Namun, mereka, tampaknya, harus realistis dengan keadaan. Mereka bakal susah menang melawan Green Force -sebutan Persebaya- tak hanya karena di atas kertas materi tim kebanggaan warga Surabaya itu lebih baik daripada mereka, tapi armada mereka juga tengah pincang. Tiga punggawa Perseman harus absen karena didera cedera. Ketiganya adalah Romi Martubongs, Dulsan Lestaluhu, dan Yohanes Manukay.

Tapi, menilik head to head antara kedua tim, Persebaya patut waspada. Kedua tim bertemu dua kali pada Divisi Utama musim lalu. Persebaya menang tipis 2-1 di Surabaya, sedangkan Bejo Sugiantoro dkk dibabat 1-4 di Manokwari. Saat ini Perseman di urutan ketiga dengan raihan 19 poin dari 12 laga.

Sementara itu, kubu Persebaya menyatakan tidak gentar dengan psywar yang dilontarkan pelatih Perseman. Sang arsitek Freddy Muli mengatakan, wajar bila setiap tim menginginkan kemenangan. ''Siapa tim yang tidak ingin menang. Tapi, pembuktiannya di lapangan,'' tegas mantan pelatih PSMS Medan tersebut.

Dia pun yakin, para pemainnya bisa mengatasi permainan Perseman nanti sore (20/11). Namun demikian, sama seperti Perseman, tim kebanggaan warga Kota Pahlawan tersebut terkendala absennya sejumlah pilar.

Jenderal lini tengah mereka, Javier Roca, terkena akumulasi kartu. Begitu juga dengan benteng andalan mereka di lini belakang, Bobby Satria. Selain itu, Lucky Wahyu tak bisa tampil karena cacar air. Tapi, Freddy masih belum bersedia menyebutkan pemain yang bakal diturunkan untuk menggantikan pemain-pemain yang tak bisa beraksi nanti.

Dia hanya menuturkan, posisi yang ditinggalkan Roca mungkin akan diisi Andik Vermansah atau Arif Ariyanto, sedangkan pos yang ditinggalkan Bobby bakal ditempati Rustanto Sri Wahono atau Nugroho Mardiyanto. ''Nama pasti ditentukan besok pagi (pagi ini, Red). Saya harus melihat siapa yang lebih siap sampai menit-menit terakhir,'' paparnya (Jawapos)
Read More...

Tidak Mau Ambil Risiko

SURABAYA - Juara paro musim kompetisi Divisi Utama 2008/2009 wilayah timur memang sudah digenggam Persebaya, meski masih menyisakan satu laga kandang. Namun, bukan berarti Green Force -julukan Persebaya-berpuas diri. Menghadapi Perseman Manokwari di Stadion Gelora 10 Nopember lusa, tim asuhan Freddy Muli itu justru masih berhasrat memburu poin penuh.



Setidaknya, hal itu tersirat dari ungkapan Freddy kemarin (17/11). Pelatih asal Palopo, Sulsel, tersebut mengatakan bahwa dirinya tetap akan menyiapkan formasi utama Persebaya. Menurut dia, dalam kompetisi sepanjang musim ini, pengumpulan sebanyak-banyaknya poin sangat dibutuhkan. ''Maka dari itu, saya tidak mau ambil risiko,'' tegasnya.

Lebih lanjut, mantan pelatih PSMS Medan itu menegaskan bahwa menurunkan pemain lapis kedua sangat berisiko. Lagi pula, kata Freddy, menurunkan pemain lapis kedua akan menimbulkan kesan meremehkan lawan.

Untuk itu, sedikit banyak Freddy akan mempertahankan formasi ketika berlaga di Jogjakarta dan Bantul lalu. Sayang, dia tak banyak berkomentar saat disinggung soal strategi yang bakal diterapkan kala menjamu tim yang berdiri sejak 1950 itu.

Dia hanya mengatakan bahwa kelebihan dirinya ialah telah memikirkan karakter calon lawan Persebaya. ''Tapi, tidak bisa dibuka melalui media," ujarnya.

Freddy memahami bahwa setiap tim selalu mempunyai karakteristik tersendiri. Perseman memang banyak disebut-sebut unggul dari segi fisik. Namun, Freddy mengatakan bahwa hal itu terus dipelajari sebagai salah satu bagian dari persiapan Persebaya.

Namun, jika berbicara soal materi pemain, para pemain Persebaya juga tidak kalah dengan tim lawan. Apalagi, sejumlah punggawa Green Force menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan dalam pekan ini. Di antaranya, I Putu Gede yang menjadi aktor utama kemenangan Persebaya melawan tuan rumah Persiba Bantul dua hari lalu.

Meski perolehan nilai Persebaya tak lagi terkejar hingga akhir puataran pertama, pertandingan melawan Perseman akan menjadi laga yang cukup sengit. Selain peringkat Perseman juga berada di babak atas, kedua tim mempunyai sejarah persiangan yang tak kalah menarik. (Jawapos) Read More...

Menang Lagi di kandang Persiba

Persebaya lagi-lagi berhasil menang di kandang lawan. Kali ini berhasil menundukkan Persiba Bantul dengan skor 1-2. Kedua gol persebaya di lesatkan oleh I Putu Gede di menit 64 dan 89. Persebaya sempat tertinggal dahulu melalui gol tuan rumah yg di cetak oleh Ezequile Gonzales pada menit ke-26.



Kemenangan persebaya ini semakin melengkapi tradisi menang tandang setelah sebelumnya menjungkalkan tim-tim dari jawa tengah seperti Persis Solo, PSIR, Persiku, PSIM dan Persiba. Sekali seri lawan PSS Sleman. Dengan kemenangan ini persebaya semakin memperkokoh posisinya di puncak klasemen. Dalam laga ini persebaya di dukung ratusan bonek yg sudah datang malam sehari sebelum pertandingan dimulai. Tidak ada insiden selama di bumi bantul. Sekali lagi terima kasih kepada pemain-pemain persebaya yg sudah memberikan loyalitas dan kebanggaan bagi bonek. Dan terima kasih buat Paserbumi, ditunggu di surabaya.
Read More...

Persebaya Menang Lagi

Persebaya kembali meneruskan trend positifnya. Hal ini setelah anak asuh Freddy Muli itu berhasil mempermalukan tuan rumah PSIM Jogjakarta dengan skor tipis 0-1, Rabu(12/11/2008) di Stadion Mandala Krida.



Gol kemenangan Persebaya dihasilkan melalui pergerakan gelandang Javier Roca yang meneruskan umpan salah satu pemain Bajul Ijo di menit 51.

Sepanjang pertandingan, Persebaya cenderung mendominasi. Sering kali duet Jairon Feliciano-Andi Odang merepotkan pertahanan PSIM. Namun dewi fortuna nampaknya hanya mengijinkan Bajul Ijo menuai satu gol saja.

Arsitek Persebaya, Freddy Muli yang ditemui setelah pertandingan mengatakan, meski Bajul Ijo lebih diunggulkan, namun dirinya tidak ingin meremahkan lawannya. Terbukti PSIM berhasil menahan laju Persebaya dibabak pertama.

"Lawan bermain bagus, kita tak boleh meremehkan mereka. Lihat saja, babak pertama mereka berhasil menahan imbang kita," ujar Freddy.

Sedangkan mengenai peluang yang hanya menelurkan satu gol, Freddy menjawabnya enteng. "Itulah sepakbola, ya harus kita syukuri saja. Berapa pun skornya yang penting kita menang," tambah Freddy.

Dilain pihak, pelatih PSIM, Bambang KW mengakui kekalahan timnya karena Persebaya memang lebih unggul disemua lini.

"Mereka memang tim bagus, kita memang kalah kualitas pemain. Banyak pemain bintang di Persebaya," ungkapnya Read More...

Pengobar Semangan Arek Suroboyo

Read More...

Pemuda itu bernama: Sidik, Hariyono dan Kusno Wibowo

Kita sering melihat tayangan di TV, arsip asli yg sering di putar di TV drama penyobekan bendera merah putih biru dan di sisakan warna merah putih. Terlihat jelas 3 orang pemuda yg naik puncak hotel yamato. Berikut adalah kisahnya.


Drama Penyobekan Bendera di Hotel Yamato

Ketika Proklamasi Kemerdekaan RI dikumandangkan, 17 Agustus 1945, rakyat Indonesia merayakan dengan suka cita. Di Surabaya, menandai kemerdekaan itu arek-arek Suroboyo satu persatu menancapkan tiang, mengibarkan bendera merah putih di berbagai sudut kota.
Pengibaran itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi karena penjajahan Jepang belum sama sekali hilang. Namun, setelah munculnya maklumat pemerintah (31 Agustus 1945) yang menetapkan mulai 1 September 1945 bendera nasional Sang Merah Putih dikibarkan terus di seluruh Indonesia, gerakan pengibaran bendera makin meluas ke segenap pelosok kota. Di berbagai tempat strategis dan tempat-tempat lainnya, susul menyusul bendera dikibarkan. Antara lain di teras atas Gedung Kantor Karesidenan (kantor Syucokan, gedung Gubernuran sekarang, Jl Pahlawan) yang terletak di muka gedung Kempei Tai (sekarang Tugu Pahlawan), di atas gedung Internatio, disusul barisan pemuda dari segala penjuru Surabaya yang membawa bendera merah putih datang ke Tambaksari (lapangan Gelora 10 Nopember) untuk menghadiri rapat raksasa yang diselenggarakan oleh Barisan Pemuda Surabaya.
Saat itu lapangan Tambaksari penuh lambaian bendera merah putih, disertai pekik 'Merdeka' mendengung di angkasa. Walaupun pihak Kompeitai melarang diadakannya rapat tersebut, namun mereka tidak berdaya menghadapi massa rakyat yang semangatnya tengah menggelora itu. Klimaks gerakan pengibaran bendera di Surabaya terjadi pada insiden perobekan bendera di Yamato Hoteru/Hotel Yamato atau Oranje Hotel, Jl Tunjungan 65 Surabaya.
Mula-mula Jepang dan Indo Belanda yang sudah keluar dari interniran menyusun suatu organisasi, Komite Kontak Sosial, yang mendapat bantuan penuh dari Jepang. Terbentuknya komite ini disponsori oleh Palang Merah Internasional (Intercross). Namun, berlindung dibalik Intercross mereka melakukan kegiatan politik. Mereka mencoba mengambil alih gudang-gudang dan beberapa tempat telah mereka duduki, seperti Hotel Yamato. Pada 18 September 1945, datanglah di Surabaya (Gunungsari) opsir-opsir Sekutu dan Belanda dari Allied Command (utusan Sekutu) bersama-sama dengan rombongan Intercross dari Jakarta.
Rombongan Sekutu oleh Jepang ditempatkan di Hotel Yamato, Jl Tunjungan 65, sedangkan rombongan Intercross di Gedung Setan, Jl Tunjungan 80 Surabaya, tanpa seijin Pemerintah Karesidenan Surabaya. Dan sejak itu Hotel Yamato dijadikan markas RAPWI (Rehabilitation of Allied Prisioners of War and Internees).
Karena kedudukannya merasa kuat, sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr W.V.Ch Ploegman pada sore hari (18 September 1945, pukul 21.00), mengibarkan bendera Belanda(Merah-Putih-Biru), tanpa persetujuan Pemerintah RI Daerah Surabaya, di tiang pada tingkat teratas Hotel Yamato, sisi sebelah utara. Keesokan harinya (19 September 1945) ketika arek Surabaya melihatnya, seketika meledak amarahnya. Mereka menganggap Belanda mau menancapkan kekuasannya kembali di negeri Indonesia, dan dianggap melecehkan gerakan pengibaran bendera yang sedang berlangsung di Surabaya.
Begitu kabar tersebut tersebar di seluruh kota Surabaya, sebentar saja Jl Tunjungan dibanjiri oleh massa rakyat, mulai dari pelajar berumur belasan tahun hingga pemuda dewasa, semua siap untuk menghadapi segala kemungkinan. Massa terus mengalir hingga memadati halaman hotel serta halaman gedung yang berdampingan penuh massa dengan luapan amarah. Agak ke belakang halaman hotel, beberapa tentara Jepang tampak berjaga-jaga. Situasi saat itu menjadi sangat eksplosif.
Tak lama kemudian Residen Sudirman datang. Kedatangan pejuang dan diplomat ulung yang waktu itu menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan) yang masih diakui pemerintah Dai Nippon Surabaya Syu, sekaligus sebagai Residen Daerah Surabaya Pemerintah RI, menyibak kerumunan massa lalu masuk ke hotel. Ia ingin berunding dengan Mr Ploegman dan kawan-kawan. Dalam perundingan itu Sudirman meminta agar bendera Belanda Triwarna segera diturunkan.
Ploegman menolak, bahkan dengan kasar mengancam, "Tentara Sekutu telah menang perang, dan karena Belanda adalah anggota Sekutu, maka sekarang Pemerintah Belanda berhak menegakkan kembali pemerintahan Hindia Belanda. Republik Indonesia? Itu tidak kami akui." Sambil mengangkat revolver, Ploegman memaksa Sudirman untuk segera pergi dan membiarkan bendera Belanda tetap berkibar.
Melihat gelagat tidak menguntungkan itu, pemuda Sidik dan Hariyono yang mendampingi Sudirman mengambil langkah taktis. Sidik menendang revolver dari tangan Ploegman. Revolver itu terpental dan meletus tanpa mengenai siapapun. Hariyono segera membawa Sudirman ke luar, sementara Sidik terus bergulat dengan Ploegman dan mencekiknya hingga tewas. Beberapa tentara Belanda menyerobot masuk karena mendengar letusan pistol, dan sambil menghunus pedang panjang disabetkan ke arah Sidik. Sidik pun tersungkur.
Di luar hotel, para pemuda yang mengetahui kejadian itu langsung merangsek masuk ke hotel dan terjadilah perkelahian di ruang muka Hotel. Sebagian yang lain, berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Sudirman turut terlibat dalam pemanjatan tiang bendera. Akhirnya ia bersama Kusno Wibowo berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek yang biru, dan mengereknya ke puncak tiang kembali. Massa rakyat menyambut keberhasilan pengibaran bendera merah putih itu dengan pekik "Merdeka" berulang kali, sebagai tanda kemenangan, kehormatan dan kedaulatan negara RI.
***
Peristiwa heroik yang terjadi di Hotel Yamato itu antara lain menandai satu peristiwa besar dari tiga peristiwa lainnya dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI di Surabaya. Hebatnya, pertempuran sebesar itu tidak sampai merusak kondisi bangunan, sehingga keaslian hotel ini masih tetap terjaga sepanjang waktu.
Hotel ini semula bernama Oranje-Hotel atau Hotel Oranye. Didirikan pertama kali, 1910, oleh Mr Lucas Martin Sarkies (LMS), seorang bangsa Armenia dengan gaya Colonial dan Art Nouveau Style. Arsiteknya seorang Inggris bernama James Afprey. Lucas Martin Sarkies berasal dari keluarga Sarkies yang terkenal sebagai pemilik kerajaan hotel di Asia. Hotel yang dimilikinya antara lain Raffles Hotel di Singapura, yang hingga kini menjadi salah satu hotel bergengsi di negeri jiran itu, The Strant Hotel di Burma, The Eastern and Oriental Hotel di Penang (Malaysia) dan Hotel Niagara di Lawang (Malang, Jawa Timur).
Hingga kini, bentuk asli dari bangunan pertama Oranje-Hotel tersebut masih tampak pada bangunan ballroom utama yang bernama Balai Andhika. Lantai terasonya masih memakai yang asli, begitu juga ornamen interiornya. Di sisi belakang ballroom masih terdapat halaman dan taman indah peninggalan lama, yang dikelilingi deretan kamar-kamar berlantai dua. Setiap sisi deretan kamar dihubungkan oleh galeri (koridor), yang sisi luarnya dihiasi dengan motif lengkung (arch). Sehingga kalau jendela-jendela kamar dibuka, ruangan atau kamar tersebut akan terlindung dari sinar matahari langsung ataupun dari tempias air hujan.
Karena diperlukan ruang tunggu, informasi dan pelayanan, maka dibangunlah sebuah lobby (1936) dengan gaya Art Deco Style di halaman tengah, di depan ballroom. Untuk keperluan perluasan halaman antara ballroom dengan lobby, maka kedua buah menara yang berada di kiri kanan pintu masuk ballroom terpaksa dipugar.
Ketika pemerintah militer Jepang berkuasa di Surabaya (1942), nama Oranje-Hotel dirubah menjadi Yamato Hoteru atau Hotel Yamato. Fungsinya juga berubah menjadi markas militer Jepang. Setelah bertahan tiga setengah tahun, Oranje-Hotel kembali fungsinya menjadi hotel. Dan untuk beberapa waktu lamanya, setelah insiden perobekan bendera, hotel ini dikenal sebagai Liberty Hotel atau Hotel Merdeka. Selanjutnya, hotel ini kembali dikelola keluarga Sarkies, dan dirubah namanya menjadi Hotel LMS (Lucas Martin Sarkies).
Setelah itu kepemilikan hotel berganti-ganti dan nama hotel juga berubah. Dari Hotel LMS dirubah menjadi Hotel Majapahit (1969) oleh pemilik baru Mantrust Holding Co. Hotel Majapahit kemudian dibeli oleh Sekar Group (1993), perusahaan besar milik konglomerat asal Indonesia yang bergerak di bidang produksi makanan, real estate, dan perusahaan jasa lainnya. Sekitar tiga bulan kemudian dilakukan joint venture antara Sekar Group dan Mandarin Oriental, untuk mengelola dan mengembangkan hotel secara bersama di bawah payung PT Sekman Wisata. Nama hotelpun bertambah menjadi Hotel Majapahit Mandarin Oriental Surabaya.
Dua setengah tahun kemudian (1996), Hotel Majapahit mengalami restorasi besar-besaran, hingga menelan dana 35 juta dollar AS. Hasilnya, Hotel Majapahit memiliki 150 kamar tidur kelas suite, 3 fasilitas restoran bertaraf internasional, toko kue, room service 24 jam, 9 ruang pertemuan dan pesta, tempat parkir dengan fasilitas 200 mobil, kolam renang dengan fasilitas fitnes centre, sauna, whispool, steam, lapangan tenis, business centre, lobby, kios serta halaman taman yang indah pada sisi belakang hotel, yang masih dipertahankan sebagaimana bentuk aslinya.
Standar Hotel inipun terangkat menjadi Hotel Bintang Lima internasional. Pada saat sama, mendapat penghargaan sebagai pengelola yang berhasil menjaga keaslian bangunan dari Walikotamadya Surabaya.
Mungkin tak banyak yang tahu, di hotel ini pernah menginap Charlie Chaplin, Crown Prince Leopold III, Princes Astrid dan Pangeran Albert, ketiganya dari Belgia, bintang lapangan Christian Karembeau dan Adriana Sklenarikova, Annemarie Jorritsma dari Nederlan, Bill Skate dan Rarua Skate asal Papua New Guinea. Nilai kesejarahan yang tinggi dan model arsitektur yang langka, menjadikan bangunan ini masuk cagar budaya yang harus dilestarikan. Read More...

Real Motivator : Bung Tomo

Di dalam sebuah stasiun radio di kota Surabaya, Bung Tomo (anak muda bertubuh ramping mungil) menulis sebuah memoar:

“Pidatoku mulai kubaca. Aku lupa bahwa aku sedang berada sendirian di dalam studio. Seolah-olah di mukaku ada beribu-ribu, bahkan puluhan ribu orang yang mendengarkan pidatoku. Seakan-akan pendengarku itu seorang demi seorang kudekati dan kupegang bahunya, kuajak waspada, bersiap, menghadapi bahaya yang mendatang…. Tak dapat kulukiskan betapa gembiraku, ketika selesai aku membaca. Hampir tak kubersihkan peluh yang membasahi mukaku…. Aku mendengar beberapa orang di antara mereka itu berkata: “Tidak berbeda dengan Bung Karno’.”

Saat itu terjadi pada tanggal 14 Oktober 1945, pk 19.30. Itulah saat untuk pertama kali Bung Tomo berbicara di corong Radio Pemberontakan Rakyat Indonesia (RPRI). Dan itulah kali pertama Radio tersebut mengudara.

Radio itu didirikan atas inisiatif Bung Tomo. Kisahnya berawal dari kepergian Bung Tomo ke Jakarta pada awal Oktober. Dalam statusnya sebagai wartawan Antara dan Biro Penerangan Komite Nasional Indonesia Daerah Surabaya, Bung Tomo bertemu dengan pemimpin-pemimpin republik, menceritakan bagaimana arek-arek Surabaya tak pernah membiarkan sekali pun bendera Belanda berkibar seenaknya, dan juga mengusulkan agar didirikan sebuah siaran radio untuk membakar dan menjaga semangat rakyat, sebagai penyeimbang atas siasat diplomasi pemerintah. Dan radio itu, kata Bung Tomo, sifatnya klandestin dan di luar tanggungjawab pemerintah.

Dari situlah Radio (RPRI) itu lahir. Dari corong radio tersebut, pidato-pidato dengan menggunakan pelbagai bahasa asing dan bahasa daerah disiarkan. Lagu-lagu perjuangan dikumandangkan.

Sehari menjelang pertempuran 10 November, radio ini pula yang menyerukan segenap arek-arek Surabaya untuk memertahankan Surabaya dengan apapun alat dan cara yang dimungkinkan dan jika perlu membumihanguskan Surabaya sendiri jika dirasa Sekutu sudah terang akan berhasil merebut Surabaya.

Pidato-pidato Bung Tomo yang membakar, suaranya yang menggelegar dan kemampuannya memilah yel-yel, membuat tak ada orang Surabaya yang tak mengenal suaranya. Orang tak akan lupa pada seruan di setiap pembukaan orasinya: "Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!" Read More...

Peristiwa 10 November - Battle of Surabaya

Peristiwa 10 November 1945 atau dikenal sebagai “Battle of Surabaya” merupakan peristiwa sejarah perang antara Indonesia melawat Sekutu yakni Inggris dan Belanda. Lalu berpihak dimana Amerika?? Tidak terbantahkan lagi bahwa Inggris dan Belanda termasuk Australia (kelak berperan dalam agresi I dan II) adalah sekutu setia Amerika.

Pada 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa, dan tujuh hari kemudian, tepatnya, 8 Maret, pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak itu, Indonesia diduduki oleh Jepang.

Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah dijatuhkannya bom atom (oleh Amerika Serikat) di Hiroshima dan Nagasaki.

Peristiwa itu terjadi pada Agustus 1945. Mengisi kekosongan tersebut, Indonesia kemudian memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Sebelum dilucuti oleh sekutu, rakyat dan para pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang. Maka timbullah pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak daerah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal 15 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada 25 Oktober. Tentara Inggris didatangkan ke Indonesia atas keputusan dan atas nama Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Tetapi, selain itu, tentara Inggris juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada pemerintah Belanda sebagai jajahannya.NICA (Netherlands Indies Civil Administration) pun membonceng. Itulah yang meledakkan kemarahan rakyat Indonesia di mana-mana.

Di Surabaya, dikibarkannya bendera Belanda, Merah-Putih-Biru, di Hotel Yamato, telah melahirkan Insiden Tunjungan, yang menyulut berkobarnya bentrokan-bentrokan bersenjata antara pasukan Inggris dengan badan-badan perjuangan yang dibentuk oleh rakyat. Bentrokan-bentrokan bersenjata dengan tentara Inggris di Surabaya, memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur), pada 30 Oktober.



Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya (Mayor Jenderal Mansergh) mengeluarkan ultimatum yang merupakan penghinaan bagi para pejuang dan rakyat umumnya. Dalam ultimatum itu disebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945.

Ultimatum tersebut ditolak oleh Indonesia. Sebab, Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri (walaupun baru saja diproklamasikan), dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sebagai alat negara juga telah dibentuk.

Selain itu, banyak sekali organisasi perjuangan yang telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar. Badan-badan perjuangan itu telah muncul sebagai manifestasi tekad bersama untuk membela republik yang masih muda, untuk melucuti pasukan Jepang, dan untuk menentang masuknya kembali kolonialisme Belanda (yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia).

Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan besar-besaran dan dahsyat sekali, dengan mengerahkan sekitar 30 000 serdadu, 50 pesawat terbang, dan sejumlah besar kapal perang.

Berbagai bagian kota Surabaya dihujani bom, ditembaki secara membabi-buta dengan meriam dari laut dan darat. Ribuan penduduk menjadi korban, banyak yang meninggal dan lebih banyak lagi yang luka-luka. Tetapi, perlawanan pejuang-pejuang juga berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk.

Pihak Inggris menduga bahwa perlawanan rakyat Indonesia di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo 3 hari saja, dengan mengerahkan persenjataan modern yang lengkap, termasuk pesawat terbang, kapal perang, tank, dan kendaraan lapis baja yang cukup banyak.

Namun di luar dugaan, ternyata perlawanan itu bisa bertahan lama, berlangsung dari hari ke hari, dan dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran besar-besaran ini memakan waktu sampai sebulan, sebelum seluruh kota jatuh di tangan pihak Inggris.

Peristiwa berdarah di Surabaya ketika itu juga telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban ketika itulah yang kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan Read More...

Awal Mula Kemarahan Pejuang Indonesia & Arek Suroboyo

Dimulai dari Insiden Bendera 19 September 1945 di Hotel YAMATO / Hotel ORANGE (sekarang Hotel Mandarin Oriental MAJAPAHIT) Surabaya. Rakyat Surabaya marah dengan adanya bendera merah putih biru berkibar di atas menara hotel. Dan terjadilah aksi perobekan bendera warna biru, hingga menjadi merah dan putih

Pertempuran 28 – 30 Oktober 1945

Pada tanggal 27 Oktober 1945 sekitar pukul 11.00, satu pesawat terbang Dakota yang datang dari Jakarta, menyebarkan pamflet di atas kota Surabaya. Isi pamflet -atas instruksi langsung dari Mayor Jenderal Hawthorn, panglima Divisi 23- yang disebarkan di seluruh Jawa, memerintahkan kepada seluruh penduduk untuk dalam waktu 2 x 24 jam menyerahkan semua senjata yang mereka miliki kepada Perwakilan sekutu di Surabaya, yang praktis ketika itu hanya diwakili tentara Inggris. Dalam seruan tersebut tercantum a.l.:

Supaya semua penduduk kota Surabaya dan Jawa Timur menyerahkan kembali semua senjata dan peralatan Jepang kepada tentara Inggris….Barangsiapa yang memiliki senjata dan menolak untuk menyerahkannya kepada tentara Sekutu, akan ditembak di tempat (persons beeing arms and refusing to deliver them to the Allied Forces are liable to be shot).

Dikabarkan, bahwa Mallaby sendiri terkejut dengan isi pamflet, karena jelas bertentangan dengan kesepakatan antara pihak Inggris dan Indonesia tanggal 26 Oktober, sehari sebelum pamflet tersebut disebarkan. Namun pimpinan brigade Inggris mengatakan, mereka terpaksa melakukan perintah atasan. Mereka mulai menahan semua kendaraan dan menyita senjata dari pihak Indonesia. Maka berkobarlah api kemarahan Arek-Arek Suroboyo, karena mereka menganggap pihak Inggris telah melanggar kesepakatan yang ditandatangani tanggal 26 Oktober.

Amarah yg berkobar-kobar ditunjukkan oleh rakyat Indonesia yg berkumpul di Surabaya dengan terbentuknya kelompok-kelompok barisan, Di samping BKR/TKR yang menjadi cikalbakal TNI, Pasukan Pelajar (TRIP), Pasukan BKR Tanjung Perak, Pasukan Kimia TKR, Pasukan Genie Tempur (Genie Don Bosco), Pasukan BKR Kereta Api, Pasukan BKR Pekerjaan Umum, Pasukan Sriwijaya, Pasukan Buruh Laut, Pasukan Sawunggaling, TKR Laut, Barisan Hizbullah, Laskar Minyak, TKR Mojokerto, TKR Gresik, Pasukan Jarot Subiantoro, Pasukan Magenda Bondowoso, Pasukan Sadeli Bandung. Selain itu ada pula pasukan-pasukan pembantu seperti Corps Palang Merah, Corps Kesehatan, Corps PTT, Corps Pegadaian, bahkan ada juga Pasukan Narapidana Kalisosok, dll. Puluhan kelompok pemuda yang berasal dari suku tertentu membentuk pasukan sendiri, seperti misalnya Pasukan pemuda Madura, Pasukan Pemuda Sulawesi (KRIS-Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi), Pasukan Pemuda Kalimantan, Pemuda Ponorogo, dan juga ada Pasukan Sriwijaya, yang sebagian terbesar terdiri dari pemuda mantan Gyugun (sebutan Heiho di Sumatera) dari Batak dan ada juga yang dari Aceh. Pasukan Sriwijaya ini telah mempunyai pengalaman bertempur melawan tentara Sekutu di Morotai, Halmahera Utara.


Selain pasukan-pasukan yang bersenjata, diperkirakan lebih dari 100.000 pemuda – pemudi Arek-Arek suroboyo dari berbagai kampong, gang-gang kecil di Surabaya berhamburan keluar membentuk kelompok-kelompok, hanya dengan bersenjatakan bambu runcing dan clurit ikut dalam pertempuran selama tiga hari. Kebanyakan dari mereka yang belum memiliki senjata, bertekad untuk merebut senjata dari tangan tentara Inggris.
Read More...

Presiden Sukarno Diminta Melerai “Insiden Surabaya”

Ternyata pada hari pertama penyerbuan rakyat Indonesia terhadap pos-pos pertahanan tentara Inggris di Surabaya, pimpinan tentara Inggris menyadari, bahwa mereka tidak akan kuat menghadapi gempuran rakyat Indonesia di Surabaya. Mallaby (lihat kesaksian Kapten R.C. Smith) memperhitungkan, bahwa Brigade 49 ini akan “wiped out” (disapu bersih), sehingga pada malam hari tanggal 28 Oktober 1945, mereka segera menghubungi pimpinan tertinggi tentara Inggris di Jakarta untuk meminta bantuan. Menurut penilaian pimpinan tertinggi tentara Inggris, hanya Presiden Sukarno yang sanggup mengatasi situasi seperti ini di Surabaya.

Panglima Tertinggi Tentara Sekutu untuk Asia Timur, Letnan Jenderal Sir Philip Christison meminta Presiden Sukarno untuk melerai “incident” di Surabaya. Pimpinan tentara Inggris menilai, situasi di Surabaya sangat mengkhawatirkan bagi mereka, sehingga Presiden Sukarno yang sedang tidur, didesak agar segera dibangunkan. Pada 29 Oktober 1949 di Kompleks Darmo, Kapten Flower yang telah mengibarkan bendera putih, masih ditembaki oleh pihak Indonesia

Read More...

Inggris Mengibarkan Bendera Putih

Serbuan ke pos-pos pertahanan Inggris di tengah kota dilengkapi dengan blokade total: Aliran listrik dan air di wilayah pos pertahanan Inggris dimatikan. Truk-truk yang mengangkut logistik untuk pasukan Inggris, terutama yang akan mengantarkan makanan dan minuman dihadang oleh gerombolan arek-arek yg muncul dari gang-gang di surabaya. Kekacauan demi kekacauan menyebabkan suplai yang dijatuhkan pesawat Inggris dari udara, ikut pula terganggu. Tidak sedikit yang meleset dari sasaran, bahkan boleh dikatakan hampir semua jatuh ke tangan pasukan Indonesia.

Dalam penyerbuan itu, korban di pihak Indonesia tidak sedikit, sebab berbagai pasukan –khususnya laskar pemuda- tanpa pendidikan militer dan pengalaman tempur, hanya bermodalkan semangat dan banyak yang hanya bersenjatakan clurit atau bambu runcing, begitu bersemangat maju menggempur musuh yang notabene tentara profesional.

Dengan bermodalkan keberanian serta semangat ingin mempertahankan kemerdekaan dan tak mau dijajah lagi, para pejuang Indonesia akhirnya mampu memporak-porandakan kubu Inggris. Setelah dua hari tidak menerima kiriman makanan dan minuman, serta korban yang jatuh di pihak mereka sangat besar, pasukan Inggris akhirnya mengibarkan bendera putih, meminta berunding.

Mallaby menyadari, bila pertempuran dilanjutkan, tentara Inggris akan disapu bersih, seperti tertulis dalam kesaksian Capt. R.C. Smith:

“…….. on further consideration, he (Mallaby, red.) decided that the company had been in so bad a position before, that any further fighting would lead to their being wiped out. "

Walaupun ia sadari tidak ada pilihan lain, tetapi ketika persyaratan yang diajukan Indonesia antara lain Inggris harus angkat kaki dari Surabaya dan meninggalkan persenjataan yang ada di pos-pos pertahanan yang telah dikepung, Mallaby menilai tampaknya terlalu berat baginya sebagai pimpinan tentara yang baru memenangkan Perang Dunia II untuk melakukan hal itu. Read More...

Brigadir Jenderal Mallaby Tewas

Setelah disepakati truce (gencatan senjata) tanggal 30 Oktober, pimpinan sipil dan militer pihak Indonesia, serta pimpinan militer Inggris bersama-sama keliling kota dengan iring-iringan mobil, untuk menyebarluaskan kesepakatan tersebut. Dari 8 pos pertahanan Inggris, 6 di antaranya tidak ada masalah, hanya di dua tempat, yakni di Gedung Lindeteves dan Gedung Internatio yang masih ada permasalahan/tembak-menembak.


Setelah berhasil mengatasi kesulitan di Gedung Lindeteves, rombongan Indonesia-Inggris segera menuju Gedung Internatio, pos pertahanan Inggris terakhir yang bermasalah. Ketika rombongan tiba di lokasi tersebut, nampak bahwa gedung tersebut dikepung oleh ratusan pemuda. Setelah meliwati Jembatan Merah, tujuh kendaraan memasuki area dan berhenti di depan gedung. Para pemimpin Indonesia segera ke luar kendaraan dan meneriakkan kepada massa, supaya menghentikan tembak-menembak.

Kapten Shaw, Mohammad Mangundiprojo dan T.D. Kundan ditugaskan masuk ke gedung untuk menyampaikan kepada tentara Inggris yang bertahan di dalam gedung, hasil perundingan antara Inggris dengan Indonesia. Mallaby ada di dalam mobil yang diparkir di depan Gedung Internatio. Beberapa saat setelah rombongan masuk, terlihat T.D. Kundan bergegas keluar dari gedung, dan tak lama kemudian, terdengar bunyi tembakan dari arah gedung. Tembakan ini langsung dibalas oleh pihak Indonesia. Tembak-menembak berlangsung sekitar dua jam. Setelah tembak-menembak dapat dihentikan, terlihat mobil Mallaby hancur dan Mallaby sendiri ditemukan telah tewas.

Dari berbagai penuturan, memang benar adanya penembakan dengan menggunakan pistol oleh seorang pemuda Surabaya ke arah Mallaby, tetapi tidak ada seorang pun yang dapat memastikan, bahwa Mallaby memang tewas akibat tembakan tersebut.

Selain itu dia juga mengakui, bahwa granat yang dilemparkannya melewati tubuh Mallaby telah mengakibatkan terbakarnya jok belakang mobil mereka, artinya tempat Mallaby duduk Menurut pemeriksaan di rumah sakit, jenazah Mallaby sangat sulit dikenali, karena hangus dan hancur. Dia dikenali melalui tanda bekas jam tangan di kedua lengannya, karena Mallaby dikenal dengan kebiasaannya untuk memakai dua jam tangan; jadi bukan identifikasi wajah atau ciri-ciri tubuh lain. Hal ini disampaikan oleh dr. Sugiri, kepada Kolonel dr. W. Hutagalun Read More...

Arek Suroboyo lawan Sekutu + Gurkha

Setelah Letnan Jenderal Sir Phillip Christison mengeluarkan ultimatum ancamannya kepada rakyat Indonesia di surabaya, dalam waktu singkat Inggris menambah kekuatan mereka di Surabaya dalam jumlah sangat besar, mobilisasi militer Inggris terbesar setelah Perang Dunia II usai. Pada 1 November, Laksamana Muda Sir. W. Patterson, berangkat dari Jakarta dengan HMS Sussex dan mendaratkan 1.500 Marinir di Surabaya. Mayor Jenderal Mansergh, Panglima 5th British-Indian Division, berangkat dari Malaysia memimpin pasukannya dan tiba di Surabaya tanggal 3 November 1945. Masuknya pasukan Divisi 5 yang berjumlah 24.000 tentara secara berangsur-angsur, sangat dirahasiakan. Divisi 5 ini sangat terkenal karena ikut dalam pertempuran di El Alamein, di mana pasukan Marsekal Rommel, Perwira Jerman yang legendaris dikalahkan. Mansergh juga diperkuat dengan sisa pasukan Brigade 49 dari Divisi 23, kini di bawah pimpinan Kolonel Pugh, yang menggantikan Mallaby.

Armada di bawah komando Captain R.C.S. Carwood a.l. terdiri dari: Fregat HMS Loch Green dan HMS Loch Glendhu; kapal penjelajah HMS Sussex serta sejumlah kapal pengangkut pasukan dan kapal pendarat (landing boot).

Persenjataan yang dibawa adalah skuadron kavaleri yang semula terdiri dari tank kelas Stuart, kemudian diperkuat dengan 21 tank kelas Sherman, sejumlah Brenncarrier dan satuan artileri dengan meriam 15 pon dan Howitzer kaliber 3,7 cm. Tentara Inggris juga dipekuat dengan squadron pesawat tempur yang terdiri dari 12 Mosquito dan 8 pesawat pemburu P-4 Thunderbolt, yang dapat membawa bom seberat 250 kilo. Jumlah pesawat terbang kemudian ditambah dengan 4 Thunderbolt dan 8 Mosquito.

Tanggal 9 November 1945, Mansergh menyerahkan 2 surat kepada Gubernur Suryo. Yang pertama berupa ULTIMATUM yang ditujukan kepada “All Indonesians of Sourabaya” lengkap dengan “Instructions”. Yang kedua merupakan penjelasan/rincian dari ultimatum tersebut.

Ultimatum Tentara Sekutu :

“Seluruh pemimpin bangsa Indonesia termasuk pemimpin-pemimpin Gerakan Pemuda, Kepala Polisi dan Kepala Radio Surabaya harus melapor ke Bataviaweg pada 9 November jam 18.00. Mereka harus datang berbaris satupersatu membawa senjata yang mereka miliki. Senjata-senjata tersebut harus diletakkan di tempat berjarak 100 yard dari tempat pertemuan, setelah itu orang-orang Indonesia itu harus mendekat dengan kedua tangan mereka di atas kepala mereka dan akan ditahan, dan harus siap untuk menandatangani dokumen menyerah tanpa syarat.”

(All Indonesian leaders, including the leaders of the Youth Movements, the Chief Police and the Chief Official of the Soerabaya Radio will report at Bataviaweg by 18.00 hours, 9th November. They will approach in single file carrying any arms they possess. These arms will be laid down at a point 100 yards from the rendezvous, after which the Indonesians will approached with their hands above their heads and will taken into custody, and must be prepared to sign a document of unconditional surrender.)

Dalam butir dua ini sangat jelas tertera “ …menandatangani dokumen menyerah tanpa syarat.” Dengan formulasi yang sangat keras dan kasar ini, Mansergh pasti memperhitungkan, bahwa pimpinan sipil dan militer di Surabaya tidak akan menerima hal ini, sebab bila sebagai pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia menandatangani pernyataan MENYERAH TANPA SYARAT, berarti melepaskan kemerdekaan dan kedaulatan yang baru saja diproklamasikan pada 17 Agustus 1945.

Yang dimaksud dengan senjata adalah: senapan, bedil, pedang, pistol, tombak, pisau, pedang, keris, bambu runcing, tulup, panah berbisa atau alat tajam yang dapat dilemparkan.

Sejarah mencatat, bahwa pimpinan sipil dan militer di Surabaya memutuskan, untuk tidak menyerah kepada tentara Sekutu dan memilih untuk melawan.

Inggris menepati ultimatumnya dan memulai pemboman dan penembakan dari meriam-meriam kapal pukul 06.00. Serangan hari pertama berlangsung sampai malam hari. Meriam-meriam di kapal-kapal perang dan bom-bom dari udara mengenai tempat-tempat yang penting dalam kota, seperti daerah pelabuhan, kantor PTT, kantor pengadilan, gedung-gedung pemerintah dan juga pasar-pasar. Pemboman dari darat, laut dan udara ini diselingi dengan tembakan-tembakan senapan-mesin yang dilancarkan oleh pesawat pemburu, sehingga mengakibatkan korban beribu-ribu orang yang tidak menduga akan kekejaman perang modern. Residen dan Walikota segera memerintahkan pengungsian semua wanita dan anak-anak ke luar kota. Semua saksi mata, begitu juga berita-berita di media massa, baik Indonesia maupun internasional mengatakan, bahwa di mana-mana mayat manusia dan hewan bergelimpangan, bahkan ada yang bertumpukan. Bau busuk mayat berhari-hari memenuhi udara kota Surabaya karena mayat-mayat tersebut tidak dapat dikuburkan. Mereka yang bekerja di rumah-sakit menceriterakan, bahwa korban-korban tewas tidak sempat dikubur dan hanya ditumpuk saja di dalam beberapa ruangan Read More...

Foto-foto Gerakan Revolusi Rakyat Surabaya


Bung TOMO, salah seorang pemimpin perjuangan Arek Suroboyo (Bonek45). Dengan suaranya yang menggelegar Bung TOMO membakar semangat para pejuang Surabaya. "Maju terus pantang mundur. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!"


Bala bantuan pemuda-pemuda luar kota terus datang menggunakan alat transportasi kereta api. Mereka ikut berjuang mempertahankan Tanah Air tercinta dari serangan tentara Sekutu


Arek Suroboyo bersiap-siap menuju medan pertempuran untuk mempertahankan Tanah Air tercinta dari tangan penjajah.


Insiden Bendera 19 September 1945 di Hotel YAMATO / Hotel ORANGE (sekarang Hotel Mandarin Oriental MAJAPAHIT) Surabaya. Arek Suroboyo (Bonek45) marah dengan adanya bendera merah putih biru berkibar di atas menara hotel. Dan terjadilah aksi perobekan bendera warna biru, hingga menjadi merah dan putih.


Inilah akibatnya kalau bonek-bonek saat itu mengamuk dan mempertaruhkan nyawanya untuk sebuah harga diri negara yg di injak-injak

Jenderal Mallaby tewas di dalam mobil

Karek Batang'e

Read More...

Saleh Mukadar : Silahkan Out !!

Polemik masalah gaji pemain persebaya sepertinya masih mengalami jalan buntu. Saleh nampaknya tidak gentar dengan ancaman pemain persebaya soal 3 tuntutan pemain yg terjadi sehari sebelumnya. Saleh bahkan mengancam seperti yang ditulis di situsnya www.salehmukadar.com "Demi rasionalisasi dan efisiensi klub di masa-masa mendatang, Persebaya siap ditinggal pemain-pemain yang pernah dibesarkan oleh Persebaya. Saya tidak akan kesulitan mencari pemain baru, minimal dari kompetisi internal Persebaya ada pemain-pemain muda yang bakal jadi bintang masa depan klub kebanggaan Arek Suroboyo ini," tegasnya.

Pernyataan Saleh tsb tentunya sangat mengecewakan berbagai pihak, bahwa Saleh yg tidak mau menemui pemain adalah sikap yg pengecut. Bagaimanapun kekompakan pemain dan soliditas team yg saat ini sedang menanjak seharusnya tetap di jaga. Kalau memang Persebaya ada kesulitan masalah dana seharusnya sudah jadi tanggung jawab pengurus terutama Saleh Mukadar, minimal menjelaskan atau melalui pendekatan kepada pemain. Kita yakin Pemain persebaya masih punya loyalitas tinggi, bukan malah mengumpet dan tidak jelas. Kita yakin Pemain Persebaya adalah pemain yg profesional, dengan segala kekurangannya masih bisa menunjukkan prestasi yg bisa di bilang luar biasa. Apakah salah pemain menuntut hak-nya ? BONEK lebih merasa memiliki pemain-pemain persebaya daripada seorang Saleh Mukadar. Tapi alangkah lebih baiknya kalau semua masih bisa berkumpul dan turut memajukan Persebaya. Semoga ada jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah internal Persebaya ini. (Rama Prasetyo - Bonek) Read More...

Gawat !! Pemain ancam mogok bertanding

Ada kabar tak sedap yang berhembus di wisma persebaya hari ini. Sekiranya ada pertemuan antara pengurus, pelatih dan pemain persebaya yg membahas masalah gaji pemain sampai waktu yg ditunggu-tunggu tidak seorangpun pengurus persebaya yg datang ke wisma. Kapten Tim Persebaya Bejo Sugiantoro menegaskan, ketidakhadiran Ketua Umum Persebaya Saleh Mukadar dalam pertemuan dengan pemain dan pelatih Persebaya, menunjukkan bahwa pengurus sudah tidak memiliki perhatian.

Dikutip dari beritajatim.com "Teman-teman mengira tidak ada itikad baik lagi dari pengurus. Buktinya dalam rapat kemarin dan hari ini, Bapak Ketum tidak datang. Bahkan hari ini tidak ada satupun pengurus yang datang," ujar Bejo. Pemain mengancam tidak akan berangkat ke jogja jika 3 tuntutan pemain tidak terpenuhi sebelum tgl 10 Nopember ini. Tiga tuntutan pemain Persebaya itu adalah: 1. pengurus harus melunasi dua bulan gaji pemain, pemain dan pelatih; 2. menolak rasionalisasi kontrak; 3. sebelum hak pemain dibayar, maksimal Senin (10/11/2008), maka pemain tidak akan berangkat ke Jogja.

Wah yo opo iki Rek !
(Rama Prasetyo - Bonek) Read More...

Persebaya Gerilya Bakat Muda

Surabaya - Menurut rencana, pada 15 Nopember nanti Persebaya akan melakukan pemanggilan terhadap 104 pemain yang dinilai layak untuk mengikuti seleksi pembentukan tim U-19 dan Persebaya U-23.

Semua pemain tersebut merupakan hasil penyaringan dari turnamen Piala Bagpora yang telah usai beberapa hari lalu. Nantinya, dari 104 pemain akan diseleksi menjadi 44 pemain dan akan dibagi menjadi dua kelompok yakni U-19 dan U-23.

Menurut Ketua Harian PSSI Surabaya, Cholid Goromah, Rabu (5/11/2008) di Mess Persebaya mengatakan, dua tim tersebut akan dikomandoi Soebodro selaku koordinator pelatih.

"Tanggal 15 besok kita kumpulkan mereka, nantinya akan kita seleksi lagi hingga jumlahnya menjadi 44 pemain. Dari 44 tersebut akan dibagi menjadi dua tim yakni U-19 dan U-23," ujar Cholid.

Jauh hari, Ketua Umum Persebaya, Saleh Ismail Mukadar mengatakan, untuk tim U-19, Persebaya berencana akan ikutserta dalam kompetisi regional divisi tiga. Selain itu tim ini juga difokuskan untuk persiapan PORPROP Malang 2009 dan PON.

Sedangkan untuk tim U-23, akan dikontrak dengan durasi empat tahun. Tiap pemain yang dinilai mumpuni akan direkomendasikan ke tim senior dan sisanya akan dijual ke tim lain Read More...

Allahu Akbar.... !! Bung Tomo Pahlawan Nasional


Ada kabar gembira bagi arek-arek Suroboyo, khususnya yang mengaku generasi penerus almarhum Bung Tomo. Pasalnya, tokoh pengobor semangat perjuangan yang vokal pada jaman Malaise (Penjajahan) tersebut, akan diberi penghargaan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada 10 Nopember nanti.

Kabar menyenangkan itu datang dari M. Nuh, Menteri Komunikasi dan Informasi, Minggu (2/11/2008). Menurut M Nuh, penghargaan tersebut akan diberikan kepada ahli waris Bung Tomo di Surabaya.

Hanya saja, pemberian gelar pahlawan kepada Bung Tomo yang terkesan lama, M Nuh mengaku secara jelas belum tahu alasannya. Namun yang jelas, katanya, pemberian gelar pahlawan kepada seseorang tidaklah mudah. "Tapi yang jelas salah satu syaratnya harus ada pengajuan dari masyarakat," ujarnya.

Seperti diketahui, Bung Tomo adalah salah satu tokoh penting dibalik heroiknya pertempuran 10 Nopember 1945. Dengan suara lantangnya, Bung Tomo mampu membakar semangat arek-arek Suroboyo untuk berjuang mengusir tentara sekutu dari bumi Surabaya. Sementara Bung Tomo sendiri wafat ketika menunaikan ibadah haji pada tahun 1981.

Sebelumnya, nama Bung Tomo sempat diajukan dua kali sebagai pahlawan nasional yakni masing-masing tahun 1990 dan 1995. Namun, pengajuan tersebut gagal terbentur belum adanya Keputusan Presiden Read More...

Dari menjadi Bonek kemudian Untuk Bonek

Dulu saya juga pernah jadi Bonek, Apalagi Gelora tambaksari bukan lah tempat yg asing buat saya. Suatu ketika saya merasakan atmosfer pertandingan yg luar biasa ketika Persebaya melawan Persija dan Persebaya Juara LI untuk kedua kalinya. Saya pun bermimpi bahwa "Suatu hari pun, giliran orang yg akan menonton saya di lapangan ini".. yg kala itu si kecil Andik sudah masuk di klub muda persebaya.

Kini nama Andik sudah menjadi semakin bersinar diantara pemain-pemain senior Persebaya. Tak ada yang mengingkari bahwa Andik Vermansyah, pemain belia hasil pembinaan Persebaya, menjadi bintang dalam pertandingan Green Force melawan Persigo Gorontalo, Sabtu (1/11/2008).

Diturunkan menggantikan pemain gaek Putu Gede yang cedera pada babak kedua, Andik tak ubahnya 'teroris' bagi Persigo. Kecepatannya meliuk-liuk meneror pertahanan tim tersebut. Tak ada jalan lain. 'Sang teroris' harus dihentikan dengan pelanggaran.

Aksi Andik membuat Bonek terhibur. Saat Andik membawa bola, namanya diteriakkan. Bahkan, saat pemain lawan melibasnya dengan keras, penonton langsung berdiri dan berteriak keras: 'Heeeei...", sembari mengacungkan jemari meminta wasit mengeluarkan kartu.

"Andik koyok Lionel Messi, cuk," seru seorang Bonek berkacamata. Gol perdananya yang indah untuk Persebaya membuat Bonek berharap Andik diberi kesempatan lebih banyak untuk bermain dari menit awal.

Para Bonek agaknya sudah menemukan idola baru, jika kelak Sugiantoro lengser. Selama ini, Sugiantoro menjadi ikon Persebaya karena pemain asli binaan klub.

Kini ada Andik, yang semakin menegaskan posisi Persebaya sebagai klub pencetak pemain berbakat yang produktif. Andik semakin dekat dengan para Bonek, karena pemain muda ini juga bagian dari Bonek, komunitas pendukung berat Persebaya. Read More...

Persebaya Lindas Persigo Lima Gol Tanpa Balas

Surabaya - Persebaya kembali melanjutkan tren positifnya kala menghadapi Persigo Gorontalo, Sabtu (1/11/2008) di Stadion Gelora 10 Nopember. Anak asuh Freddy Muli ini berhasil menggulung Persigo dengan skor telak 5-0.

Semenjak babak pertama berjalan sembilan menit Persebaya sudah unggul melalui tendangan luar kotak penalti oleh pemain impornya, Javier Roca yang berhasil mengecoh kiper Persigo, Muchtar Ade.

Unggul satu bola membuat anak-anak Bajul Ijo semakin gencar melakukan penyerangan. Salah satunya ketika pertandingan memasuki menit 39. Berawal dari pergerakan Taufik dari sisi kiri pertanana lawan, Jairon berhasil mengelabuhi pemain belakang untuk mengirimkan umpan ke Andi Odang, sayang Mochtar Ade dengan sigap menghalau bola.

Babak kedua Persebaya melakukan pegantian kiper, Endra Prasetya yang mengalami masalah di babak kedua ditarik dan digantikan kiper gaek, Kurnia Sandi. Tak berselang lama, gantian I Putu Gede yang ditarik keluar karena mengalami cedera dan digantikan Andik Vermansyah.

Masuknya Andik membuat serangan Pesebaya semakin hidup. Hasilnya memasuki menit ke-65, berasal dari tendangan bebas yang dilakukan Roca, Andi Odang yang lolos dari pengawalan behasil menyundul bola dan menggandakan skor menjadi 2-0.

Sepuluh menit beselang, pergerakan Mat Halil yang meneruskan umpan dari Odang berhasil menambah kedudukan menjadi 3-0. Tak mau ketinggalan dengan seniornya, melalui tendangan dari luar kotak penalti dimenit 82, Andik Vermansyah berhasil mencetak gol pertamanya besama Bajul Ijo.

Pesta Persebaya ditutup kala heading Jairon yang menerima umpan Roca, berhasil menjebol jala Muchtar Ade. Hingga pluit panjang dibunyikan skor 5-0 untuk kemenangan Persebaya tetap bertahan Read More...